Konflik dengan Thailand, 500 Ribu Warga Kamboja Terpaksa Mengungsi

Konflik bersenjata yang kembali meletus antara Kamboja dan Thailand di wilayah perbatasan telah memicu krisis kemanusiaan serius. Lebih dari 500.000 warga Kamboja terpaksa mengungsi dari rumah mereka untuk mencari perlindungan akibat intensitas bentrokan yang semakin tinggi dalam beberapa pekan terakhir. Bentrokan ini melibatkan artileri, tank, drone, serta serangan udara yang dipicu oleh perselisihan wilayah yang sudah lama berlangsung antara kedua negara. The Business Standard+1


Penyebab Konflik dan Kronologi Kekerasan

Konflik ini terjadi di wilayah perbatasan yang persisnya dipersengketakan sejak lama, berkaitan dengan demarkasi perbatasan era kolonial sepanjang lebih dari 800 kilometer serta situs-situs pura kuno yang diperebutkan oleh kedua negara. Ketegangan kembali memuncak sejak awal Desember 2025, ketika serangkaian bentrokan antara pasukan Kamboja dan Thailand terjadi, kemudian meluas menjadi penggunaan tank, drone tempur, artileri, dan jet F-16. The Business Standard+1

Pemerintah Kamboja menyatakan bahwa warga sipil, termasuk anak-anak dan orang tua, yang tinggal di provinsi perbatasan seperti Siem Reap, Oddar Meanchey, dan Banteay Meanchey terpaksa meninggalkan rumah, sekolah, dan ladang mereka demi keselamatan. The Business Standard


Skala Pengungsian dan Dampaknya

Menurut pernyataan resmi dari Kementerian Dalam Negeri Kamboja, total pengungsi yang tercatat hingga 21 Desember 2025 mencapai 518.611 orang, termasuk perempuan dan anak-anak yang mengungsi ke tempat-tempat aman seperti pagoda, sekolah, dan kamp darurat. The Business Standard

Total itu hanya mencakup warga Kamboja — pihak Thailand juga melaporkan sekitar 400.000 warga mereka ikut terdampak dan mengungsi, menunjukkan krisis lintas perbatasan yang luas. The Business Standard

Bentrokan tersebut telah menewaskan puluhan orang, dengan angka kematian minimal 19 warga Kamboja dan 22 di pihak Thailand, meskipun angka pasti masih terus diperbarui oleh otoritas setempat. The Business Standard


Kondisi Pengungsi dan Respons Kemanusiaan

Warga yang mengungsi menghadapi kondisi sulit karena harus tinggal di tempat penampungan darurat tanpa akses stabil terhadap air bersih, makanan, layanan kesehatan, dan fasilitas pendidikan. Anak-anak dan lansia menjadi kelompok yang sangat rentan. Banyak keluarga terpaksa tidur di sekolah atau pagoda yang kini dijadikan tempat penampungan darurat. Suara Surabaya

Organisasi regional seperti ASEAN serta komunitas internasional sudah menyerukan gencatan senjata segera dan bantuan kemanusiaan yang mendesak. Negara anggota ASEAN dan mediator internasional diperkirakan akan membahas konflik ini dalam pertemuan mendatang untuk mencari solusi jangka panjang yang mengurangi penderitaan warga yang terperangkap di tengah konflik. The Business Standard


Usaha Diplomatik dan Upaya Gencatan Senjata

Pihak luar seperti China dan Amerika Serikat telah mengambil langkah untuk meredakan konflik. Utusan khusus China untuk Asia mengunjungi Phnom Penh dalam upaya mendorong de-eskalasi perang dan membuka jalur diplomasi dengan Thailand. Hal ini terjadi menjelang pertemuan ASEAN yang direncanakan membahas konflik tersebut. Reuters

Sementara itu, gencatan senjata sebelumnya yang dimediasi oleh pihak ketiga seperti pernyataan yang didukung Presiden AS sempat diberlakukan, tetapi konflik kembali memanas setelah laporan serangan dan counter-serangan terjadi di wilayah perbatasan. The Star


Kesimpulan

Pertempuran yang kembali terjadi di perbatasan antara Thailand dan Kamboja telah menciptakan krisis pengungsian besar-besaran, dengan lebih dari 500.000 warga Kamboja terpaksa meninggalkan rumah mereka dalam dua pekan terakhir akibat bentrokan militer yang intens. Krisis ini memperlihatkan dampak nyata konflik bersenjata terhadap warga sipil, memaksa intervensi kemanusiaan dan diplomasi internasional untuk meredakan ketegangan yang terus berkembang. The Business Standard

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *